Dalam karya ini, Punkasila bekerja di sekitar isu bagaimana kekacauan dan ketakutan dikelola sebagai modal budaya masyarakat. Bagi pemegang kekuasaan, seperti negara, pasar, atau kelompok paramiliter, kemampuan untuk menciptakan dan mengendalikan kekacauan merupakan modal politik mereka yang berharga. Sebaliknya bagi kelompok masyarakat tertindas, kekacauan merupakan alat untuk menandingi dominasi rezim yang berkuasa. Di jalanan, cara berbagai kelompok masyarakat untuk menandingi otoritas kuasa ini adalah dengan kebisingan dan penampilan yang terencana. Kebisingan suara mesin, koreografi rute berkendara, dan berbagai aspek pertunjukkan lainnya adalah suatu bahasa bersama dalam medan pertandingan kuasa.