Dalam “Sweet Crude, Black Gold” Maryanto menggarisbawahi ironi yang muncul sejak manusia mengenal minyak, di mana kekayaan dan kehancuran datang bersamaan. Tidak sekedar menyasar persoalan kerusakan alam, karya ini lebih menekankan pada tragedi yang tidak hanya dihadapi oleh masyarakat Indonesia, namun juga masyarakat-masyarakat di negara bekas jajahan seperti Nigeria. Di hadapan politik minyak, kemerdekaan bangsa bisa menjadi mentah, kemanusiaan menjadi semakin murah, kesejahteraan bersama juga terdengar seperti barang mewah. Namun, satu hal masih tersisa. Membicarakan persoalan minyak di Indonesia dan Nigeria, berarti menggali kesamaan nasib sambil mencari kemungkinan-kemungkinan jalan terang dalam menentukan nasib bersama.