Dalam usaha menyerang Malaka yang diduduki Portugis, Sultan Trenggono dari Demak tidak melakukannya secara langsung melainkan dengan jalan mengisolasi daerahnya dari pengaruh Portugis, terutama daerah-daerah yang pendukungnya belum masuk Islam. Selain diketahui raja Portugis berhubungan dengan Raja Samian yang saat itu menguasai Pelabuhan Sunda Kelapa,
Sultan Trenggono segera memerintahkan menantunya, yakni Pangeran Fatahillah, untuk segera menduduki Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon.
Pada tahun 1522 Penguasa daerah Sunda Kelapa, Raja Sai’iam, mengadakan perjanjian dengan wakil Portugis, Henrique Leme, yang menberikan izin mendirikan banteng bagi portugis, Ekspedisi Demak yang dipimpin Fatahillah pada tahun 1527 berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa dan Cirebon.
Untuk menagih janji Raja Samian, pada tahun 5127 Portugis mengirim ekspedisi terdiri dari 6 buah kapal yang dipimpin oleh Fransisco de Sa. Ternyata Portugis tidak lahi berhadapan dengan kerajaan Hindu melainkan dengan kerajaan Islam.
Setelah tuntutan mereka ditolak oleh Fatahillah mereka mencoba mendaratkan tentaranya. Usaha tersebut dilawan oleh Fatahillah sehingga terjadilah pertempuran yang berlangsung di Teluk Sunda Kelapa. Armada Portugis akhirnya berhasil dipukul mundur, peristiwa ini diabadikan dengan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Diorama ini menggambarkan pertempuran yang berlangsung di teluk Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527.
Tertarik dengan Visual arts?
Dapatkan info terbaru dengan Culture Weekly yang dipersonalisasi
Anda sudah berlangganan.
Culture Weekly pertama Anda akan tersedia minggu ini.