Raden Saleh lebih dikenal sebagai “Sang Pelukis Raja” karena goresan sketsanya di atas kanvas yang membuat dia melanglang buana mengembangkan diri di Eropa sejak tahun 1829-1951. Selama 22 tahun menetap di Eropa, tidak hanya melukis, tetapi Raden Saleh mempelajari berbagai bildang ilmu yang lain seperti matematika, ukur tanah, paleontologi, dan lain-lain. Dan ketika kembali ke Jawa ide-ide ilmiahnya tersalurkan melalui berbagai laporan ilmiah eksplorasi di Pulau Jawa. Dia menemukan tulang tua dan dia tahu apa yang harus dilakukan, yaitu mencatat lokasi penggalian, deskripsi, hingga analisi temuan fosil. Sistem ini menunjukkan dia bekerja layaknya peneliti, bukan amatiran. Di mata peneliti asing seperti Eugene Dubois, LJC van Es, dan GHR von Koenigswald, andilnya dalam bidang paleontology sudah diakui. Dari hasil karya ilmiah Raden Saleh, Dubois (1891) melakukan penelitian di Hindia Belanda, yang berhasil mempublikasikan temuan Pithecanthropus erectus dari Trinil, sebagai Manusia Jawa. Buah pikir Dubois ini mengundang peneliti lain, Loius Jean Chretien van Es untuk meneliti lapisan-lapisan purba di Jawa. Dia berhasil memetakan 13 wilayah di antaranya adalah Sangiran. Berdasarkan peta geologi yang dikerjakan van Es, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald melakukan survey dan penelitian pertamanya di Sangiran. Sangiran Flakes Industry, hasil dari penelitian ini mengukuhkan Sangiran sebagai situs yang patut diperhitungkan dalam peta situs Plestosen dunia. Terlebih sepanjang penelitian lanjutan antara tahun 1934-1941, sejumlah tinggalan hominin (diberi nama S1-S7) berhasil dikumpulkan di meja kerja von Keonigswald. Koleksi penting itu menguatkan posisi Sangiran sebagai salah satu situs hominin yang penting di dunia.
Tertarik dengan Food?
Dapatkan info terbaru dengan Culture Weekly yang dipersonalisasi
Anda sudah berlangganan.
Culture Weekly pertama Anda akan tersedia minggu ini.