Oleh Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
bekerjasama dengan Universitas Griffith
Aerial view of Karampuang Hill (2024) oleh Dominic JulianOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Selamat datang di Bukit Karampuang, Maros, Sulawesi
Ikuti perjalanan kami ke Pulau Sulawesi, Indonesia, ke tempat di mana waktu membisikkan rahasia dari puluhan ribu tahun lalu. Inilah kisah Bukit Karampuang dan penemuan Gua Leang Karampuang, rumah bagi beberapa pesan manusia tertua yang tercatat di dunia.
Hari-hari berganti menjadi pencarian yang melelahkan, menjelajahi gua demi gua, dengan cermat memeriksa jejak-jejak seni kuno. Lalu, sebuah terobosan. Oki Amrullah, seorang Penjaga Cagar Budaya, menemukan sesuatu yang menarik: tanda kuas merah tinggi di sebuah gua sempit, empat meter di atas tebing karst di Bukit Karampuang. Ia memanjat, ia masuk, dan apa yang ia temukan sungguh menakjubkan.
Leang Karampuang expedition (2017) oleh Ratno Sardi, Adhi Agus Oktaviana, dan HamrullahOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Bayangkan pemandangannya: para penyelidik pada tahun 2017, dengan cermat memetakan gua, panjang dan bentuknya terungkap. Gambar-gambar menunjukkan lokasi gua, pintu masuknya setinggi lima meter, dan pemandangan dari dalam. Rekaman awal menangkap keindahan seni cadas tersebut.
Apa yang mereka temukan adalah serangkaian lukisan gua yang menakjubkan: lukisan tangan, figur manusia, sekelompok babi, yang digambar dari satu ujung gua ke ujung lainnya, dan binatang-binatang lainnya. Temuan lain, di dalam dan sekitar gua, termasuk tembikar, kerang, mata panah, dan beberapa sisa-sisa manusia.
Imaging of Leang Karampuang Rock Art (2024) oleh Adhi Agus Oktaviana, Ratno Sardi, Dewangga Eka Mahardian, dan Adam BrummOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Peta gambaran lukisan gua di Leang Karampuang
Peta yang menunjukkan lokasi berbagai lukisan gua di Leang Karampuang
Posisi panel umur
Perbedaan tanggal menunjukkan perbedaan umur koraloid yang yang tumbuh diatas pigmen warna. Lukisan tertua bertanggal 51.200 tahun dan yang terbaru bertanggal 18.350 tahun.
Enhanced image of pig at Leang Karampuang (2024) oleh Adhi Agus OktavianaOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Mari kita fokus pada satu gambar yang luar biasa: lukisan seekor babi. Untuk menonjolkan detailnya, para ilmuwan menggunakan teknik yang disebut D-stretch, atau Decorrelation Stretch, yang menyempurnakan karya seni kuno tersebut secara digital. Gambar yang disempurnakan memperlihatkan babi tersebut dengan jelas.
The rock art dating panel at Leang Karampuang (2024) oleh Dominic dan Adhi Agus OktavianaOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Bandingkan dengan foto mentah lukisan gua, dan Anda akan menghargai kejelasan yang diberikan D-Stretch.
Pig motif at Karampuang cave (2024) oleh Adhi Agus OktavianaOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Motif babi lain, yang diambil tanpa penambahan, masih menyimpan kekuatan dari masa lampau.
Bisakah Anda melihatnya?
A DStretch enhancement of wild pig at the ceiling of Leang Karampuang (2024) oleh Adhi Agus OktavianaOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Gambar lukisan babi yang disempurnakan
Apakah ini agak lebih jelas? Gambar yang disempurnakan (D-Stretch) dari lukisan gua babi hutan di Leang Karampuang. Gambar ini memiliki detail rambut yang jelas di bagian atas kepala dan detail kaki.
Adhi Agus Oktaviana, archaeologist (2024) oleh Akhmad ZonaOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Lukisan gua Leang Karampuang menyimpan pesan tertua yang tercatat di dunia. Lukisan ini merupakan bagian penting yang menghubungkan dan menelusuri seluruh sejarah umat manusia sejak 51 ribu tahun yang lalu hingga ke wilayah Indonesia.
A diagram showing the laser ablation uranium-series imaging. This is a sample from Leang Bulu Sipong 4. (2019) oleh Adhi Agus Oktaviana dan Maxime AubertOrganisasi Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra
Lebih banyak untuk dijelajahi
Baca lebih lanjut tentang hubungan Indonesia dengan sejarah manusia dunia dan pelajari tentang tempat berburu tertua di dunia di Leang Bulu Sipong 4, Sulawesi, Indonesia.
Penelitian ini dapat terwujud berkat upaya kolaborasi dari berbagai badan pemerintah, universitas, dan komunitas.
School of Humanities, Languages & Social Science
Centre for Social & Cultural Research
Australian Research Centre for Human Evolution
Griffith University, Australia
Pusat Riset Arkeometri, Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, Badan Risetdan Inovasi Nasional, Center for Prehistory & Austronesian Studies, Jakarta
Geoarchaeology & Archaeometry Research Group, Southern Cross University, Australia
Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah, Organisasi Riset Arkeologi
Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan
Pusat Kolaborasi Riset Arkeologi Sulawesi
Bahasa, dan Sastra, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Jakarta
Korps Pecinta Alam
Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin, Makassar
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII, Makassar
Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Jakarta
KK Desain Komunikasi Visual, Fakulta Seni Rupa dan Desain, Inst. Teknologi Bandung
Tertarik dengan Alam?
Dapatkan info terbaru dengan Culture Weekly yang dipersonalisasi
Anda sudah berlangganan.
Culture Weekly pertama Anda akan tersedia minggu ini.