Bagaimana kita tahu berapa umur gambar cadas ini?

Teknologi laser mengungkap gambar-gambar cadas di Sulawesi yang berusia 50.000+ tahun

Oleh Griffith University

bekerjasama dengan OR Arkeologi Bahasa dan Sastra, BRIN dan Universitas Southern Cross

Cave entrance in BorneoGriffith University

Bayangkan melangkah ke dalam gua yang gelap di Sulawesi, Indonesia. Saat sinar matahari memudar dan cahaya senter Anda menyinari dinding gua, Anda melihat sesuatu yang luar biasa. Ini bukanlah tanda acak - ini adalah gambar purbakala, yang dibuat oleh orang-orang yang hidup puluhan ribu tahun lalu.

Drawing process before samplingGriffith University

Gambar cadas ini menggambarkan hewan dan figur misterius yang memadukan ciri-ciri manusia dan hewan. Namun, gambar-gambar ini lebih dari sekadar seni. Gambar-gambar ini berbicara tentang kehidupan awal, kepercayaan, dan imajinasi orang-orang yang telah lama tiada. Sebagai manusia, kita mendefinisikan diri kita sebagai spesies yang bercerita - dan lukisan-lukisan ini adalah bukti paling awal yang diketahui dari ciri yang mendalam dan menentukan itu. Mengetahui seberapa tua gambar-gambar kuno ini seperti memecahkan misteri besar.

Sample of "cave popcorn"Griffith University

Selama beberapa waktu, para ilmuwan mengetahui usia gambar tersebut dengan menganalisis kalsium karbonat berkerak - yang dikenal sebagai "cave popcorn" - yang terbentuk di atas lukisan tersebut. Mereka dengan hati-hati memotong sepotong kerak ini dan, di laboratorium, menggali lapisan pertumbuhan secara mikro untuk membuat bubuk halus.

Site study at Leang KarampuangGriffith University

Bubuk ini, yang terbuat dari campuran lapisan pertumbuhan, kemudian mengalami serangkaian proses kimia yang rumit. Dengan menggunakan metode yang disebut analisis seri uranium, para ilmuwan dapat memperkirakan usia rata-rata saat kerak mulai terbentuk - tetapi endapan ini tumbuh dengan cara yang rumit, dan pencampuran material yang lebih tua dan lebih muda, atau potongan-potongan kecil sedimen, masih dapat memengaruhi hasilnya.

The earliest hunting scene from Bulu Sipong 4, Pangkep (2024)Griffith University

Namun, para ilmuwan memiliki alat baru yang lebih keren, hampir seperti alat superhero: pencitraan seri uranium dengan ablasi laser. Alih-alih menggali lapisan kalsium karbonat secara acak, metode ini menyinari laser kecil ke penampang melintang popcorn gua yang dipoles.

Typical rock art sample used for dating (2022)Griffith University

Namun, para ilmuwan memiliki alat baru yang lebih canggih, hampir seperti alat superhero: pencitraan seri uranium dengan ablasi laser. Alih-alih menggali lapisan kalsium karbonat secara acak, metode ini menyinari laser kecil ke penampang melintang popcorn gua yang dipoles.

The earliest hunting scene from Bulu Sipong 4, Pangkep (2024)Griffith University

Dengan menggunakan alat laser ini, para ilmuwan mengubah tanggal lukisan terkenal di Leang Bulu’ Sipong 4. Lukisan ini menunjukkan sosok-sosok seperti manusia, beberapa tampak seperti makhluk setengah binatang (disebut therianthropes), berinteraksi dengan babi dan kerbau kecil, seperti cerita berburu atau mitos.

The earliest hunting scene from Bulu Sipong 4, Pangkep (2024)Griffith University

Metode penanggalan sebelumnya menyatakan bahwa usianya setidaknya 43.900 tahun. Namun, laser menunjukkan usianya bahkan lebih tua lagi – setidaknya 48.000 tahun, lebih dari 4.000 tahun lebih tua dari yang mereka duga.

Site study at Leang Karampuang (2023)Griffith University

Mereka menggunakan laser pada lukisan yang baru ditemukan di gua Leang Karampuang. Lukisan ini, yang ditemukan di langit-langit, memperlihatkan seekor babi besar dan setidaknya tiga figur mirip manusia yang lebih kecil tepat di sebelahnya, memegang sesuatu dan mengulurkan tangan. Lukisan itu agak pudar, tetapi Anda masih dapat melihat mereka berinteraksi. Penanggalan laser mengungkapkan sesuatu yang menakjubkan: lukisan ini berusia setidaknya 51.200 tahun! Ini menjadikannya contoh tertua yang diketahui di dunia baik dari gambar realistis maupun penceritaan visual.

Prof Max at Leang Balangajia oleh Adhi Agus OktavianaGriffith University

Temuan-temuan dari gua-gua Sulawesi ini merupakan hal yang sangat penting. Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa orang-orang telah menggambar gambar-gambar manusia dan hewan secara mendetail dan menyatukannya untuk menceritakan kisah-kisah jauh sebelum para ilmuwan percaya. Selama ini, orang-orang mengira bahwa seni yang rumit seperti ini baru muncul kemudian di Eropa, tetapi gua-gua di Sulawesi membuktikan bahwa manusia purba (Homo sapiens) di sini memiliki budaya bercerita melalui gambar yang kaya puluhan ribu tahun yang lalu.

Site study at Leang Karampuang (2023)Griffith University

Jelajahi dunia gambar cadas Indonesia yang memukau. Temukan lebih banyak citra dan narasi yang memikat dari gua-gua di kepulauan ini, yang mengungkap ekspresi artistik manusia yang paling awal.

Kredit: Semua media
Cerita yang ditampilkan mungkin dalam beberapa kasus telah dibuat oleh pihak ketiga yang independen dan mungkin tidak selalu mewakili pandangan lembaga penyedia konten, yang tercantum di bawah ini.
Jelajahi lainnya
Tema terkait
The Ancient Canvas
Discover the art of our ancestors in Indonesia's caves
Lihat tema

Tertarik dengan Seni Pertunjukan?

Dapatkan info terbaru dengan Culture Weekly yang dipersonalisasi

Anda sudah berlangganan.

Culture Weekly pertama Anda akan tersedia minggu ini.

Aplikasi Google