Dalam perjalanannya memotret keempat ka’bah ini, Wimo membayangkan dirinya seperti sedang melakukan ziarah spiritual ke tempat yang suci, layaknya naik haji. Dalam “ziarah performatif” ini Wimo mempertanyakan juga apa makna ritual dalam agama. Apakah ritual dipahami sebagai sesuatu yang bersifat personal atau merupakan konstruksi dari lembaga agama yang lebih bersifat politis ketimbang spiritual?