Karyanya “Mijn Naam is Potlood” (“My Name is Pencil”, 2009) dibawa kembali ke Indonesia dalam konteks dan cara penyampaian baru tentang tema kepulangan. Tiong Ang menggabungkan antara pengamatan dokumentatif dengan penggambaran manipulatif untuk menghasilkan garis yang kabur antara fiksi dan fakta, upayanya untuk menggambarkan bagaimana media massa menyaring dan mendistorsi kenyataan.