Guna mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945 dan untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi sekarang dan akan
datang, maka dibangunlah suatu tanda peringatan yang berbentuk tugu, yang kemudian diberi nama Monumen Nasional. Tugu Monumen Nasional mempunyai ciri tersendiri. Arsitektur dan dimensinya melambangkan khas dan kekhususan Indonesia. Bentuk yang paling menonjol adalah tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Di puncak tugu, api menyala tiada kunjung padam, melambangkan tekad dan semangat bangsa Indonesia yang tak pernah surut berjuang sepanjang masa. Angka-angka keramat bangsa Indonesia 17 – 8 – ’45 diabadikan pada Monumen Nasional ini. Bentuk dan tata letak Monumen Nasional ini sangat menarik. Dengan berdiri di plasa utama Taman Medan Merdeka, orang dapat menikmati pemandangan indah dan sejuk yang mempesona, berupa taman dan kolam air mancur. Di bagian Utara tampak megah patung Pangeran Diponegoro. Di sini orang dapat memasuki terowongan yang berada tiga meter di bawah Jalan Silang Monas menuju halaman Tugu Monumen Nasional yang berpagar ‘Bambu Runcing’ mengingatkan pada model senjata bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Jakarta dipilih sebagai tempat yang paling layak untuk pembangunan Tugu Monumen Nasional, karena kota Jakarta sebagai Ibukota Republik. Di Jakartalah Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Area Lapangan Merdeka Jakarta disepakati pada saat itu sebagai lokasi dibangunnya Tugu Monumen Nasional. Mengingat luas arealnya cukup ideal, juga memiliki nilai sejarah, di mana pada tanggal 19 September 1945 ratusan ribu rakyat Indonesia dengan sangkur terhunus tanpa gentar menghadapi ancaman senjata serta kendaraan lapis baja serdadu Jepang, menunjukkan kepada dunia untuk tetap merdeka dan hanya mengakui pemerintah Republik Indonesia.