Theresia Agustina tertarik dengan gagasan untuk menuliskan ulang kisah-kisah yang ia baca dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Agustina tertarik untuk menggambarkan secara visual narasi tersebut, mengesktremkan modus fantasi yang ia temukan di dalamnya. Dalam pandangan Agustina, seluruh kisah dalam Perjanjian Lama dan Baru mengandung gagasan visual yang sangat menarik terutama karena mereka banyak mendasarkan diri pada gagasan tentang mukzizat atau keajaiban, yang menantang seseorang untuk membayangkan sesuatu yang melampaui kenyataan. Menuliskan ulang narasi ini memberikan kesempatan pada Agustina untuk melihat kisah ini dalam konteksnya yang sekarang, atau mengaitkannya dengan sejarah yang berkait pada lokalitas tertentu. Salah satu instalasi yang ia ciptakan berjudul "Noah Ark (Perahu Nuh)"' dimana ia membuat versi baru dari Kapal Nuh, sebuah cerita yang sudah sangat dikenal oleh publik luas. Agustina mentransformasikan gagasan tentang Kapal Nuh dalam konteks sejarah kolonialisme di Indonesia, dengan mengisi kapal dengan bebijian dan rempah-rempah, yang selalu disebut sebagai sumber dari keinginan untuk menguasai negara tropis.