Setiap orang Indonesia yang hidup pada awal tahun ‘90an pasti mengenal lagu Bali Vanili. Lagu yang sangat populer dan sarat akan kritik kehidupan kosmopolitan ini diciptakan dan dinyanyikan oleh Igor Tamerlan, seorang musisi visioner dan sangat unik dari Indonesia.

Igor Tamerlan - Bali Vanilli cassette cover (1991) oleh Igor TamerlanYes No Wave Music

Lagu Bali Vanili juga ditengarai sebagai salah satu lagu pertama di Indonesia yang mencakup vokal rapping dalam bahasa Bali. Lagu ini membuat Igor Tamerlan sangat terkenal namun juga yang membuatnya berangsur menghilang dari dunia industri musik nasional.

Igor in his teenage yearsYes No Wave Music

Igor lahir pada tanggal 8 September 1954 di The Hague, Belanda dengan nama Igor Tamerlan Djoehana Wiradikarta dan besar di Paris, Perancis hingga usia 35 tahun.


Igor duduk nomor dua dari kiri.

Cassette cover of "First Step" (1981) oleh Igor TamerlanYes No Wave Music

Pada tahun 1981 saat Igor masih tinggal di Paris, Ia merilis album perdana berjudul “Langkah Pertama” dalam format kaset di Indonesia.

Lagu “Enak Skally” merupakan campuran musik ska dan dangdut yang didedikasikan untuk musisi dangdut ternama Rhoma Irama. Puisi terkenal “Aku” karya sastrawan Chairil Anwar digunakan di lagu dengan judul yang sama. Selain Chairil Anwar, karya puisi WS Rendra juga ia gubah di lagu berjudul “Lautan”. Gaya musik pop kontemporer yang ia mainkan saat itu masih terasa asing di industri musik Indonesia sehingga album tersebut tidak sukses di pasar.

Igor Tamerlan - Lautan dari album Langkah Pertama, 1991.

Igor Tamerlan in his Paris-based studioYes No Wave Music

Igor memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan tinggal di Bali pada tahun 1986 karena merasa ingin lebih dekat dengan budaya keluarganya. Lima tahun kemudian Igor merilis single “Gila Merk” yang dinyanyikan oleh Gito Rollies dan sebuah album “Bali Vanili”. 

Igor Tamerlan - Gila Merk (Brand Freak), 2014

Masih seperti album terdahulunya, di album ini Igor menggabungkan musik pop modern dunia dengan musik-musik khas Indonesia. Album tersebut memiliki gaya musik yang beragam dan menggabungkan musik modern mancanegara dengan musik daerah Indonesia dengan menggunakan beragam instrumen musik tradisional seperti gamelan Bali dan elektronik seperti MIDI, synthesizer dan teknik sampling. Ia kembali berkolaborasi dengan Gito Rollies di beberapa lagu dan bersama gitaris muda asal Bali, Balawan. Gaya rap bahasa Bali di single Bali Vanili memberikan angin segar dan rap atau hip-hop kemudian menjadi dikenal luas di Indonesia. Ada satu lagu dari album “Langkah Pertama” berjudul “Pemalas” yang masuk di album fenomenal ini. Lagu tersebut ditampilkan dalam aransemen baru dan versi minus one. Lirik lagu-lagu di album tersebut penuh dengan pandangan kritisnya atas budaya konsumerisme, gaya hidup kosmopolitan yang memuja modernisme barat, dan eksploitasi alam demi pariwisata.

Tema lirik tersebut tergambarkan dengan detail di musik video yang juga disutradarai sendiri oleh Igor. Video tersebut menggabungkan live action dan animasi. Singkat kata, Bali Vanili merupakan album pop yang menawarkan lansekap baru bagi musik pop kontemporer di Indonesia dan menginspirasi munculnya musik alternatif.

Igor Tamerlan - Made Di Bali Album Art, Igor Tamerlan, Dari koleksi: Yes No Wave Music
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Kesuksesan besar Bali Vanili ternyata tidak memberikan pendapatan yang sepadan. Igor berkeliling dari Bali ke Jawa mengunjungi toko-toko musik dan mendapati bahwa hasil penjualan kaset tidak sama dengan yang label laporkan ke dia. Dalam sebuah wawancara pada tahun 1993 Igor memberikan pernyataan publik bahwa Ia merasa dieksploitasi dan dengan tegas menyatakan perang terhadap industri musik. Semenjak itu tidak ada label musik besar yang mau bekerja sama dengannya. Ia masih sempat merilis sebuah album bersama Metronama Records berjudul “Made Di Bali”. Album yang gaya musiknya mirip dengan “Bali Vanili” namun kurang sukses di pasaran. Setelah itu ia seperti menghilang dari kancah musik populer. Ia sempat berpendapat bahwa industri musik masa depan adalah internet. Suatu hal yang sulit dipahami oleh masyarakat luas karena internet bahkan belum digunakan di Indonesia.

Igor Tamerlan at his studio, Dari koleksi: Yes No Wave Music
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Di studionya Bumi Ayu Sound Studio di Sanur, Bali, Igor lebih banyak mengasah keterampilan pada teknologi media. Ia mulai fokus membuat karya audio visual dan mendirikan sebuah perusahaan audio visual bernama Indovision Prima Film. Pada tahun 1994 salah satu video musik yang disutradarainya adalah single dari band pop KLA Project yang berjudul “Yogyakarta”. Video musik ini meraih penghargaan sebagai karya terbaik di ajang Video Musik Indonesia 1994-1995. Ia juga menggarap video musik dari lagu “Kuingin” yang dinyanyikan oleh Utha Likumahuwa.

Bali Ethnic Fantasy oleh Igor TamerlanYes No Wave Music

Pada dekade 2000an Igor merilis beberapa album secara mandiri, diantaranya adalah “Bali Ethno Fantasy”“Bali Ethnicity” dan “Bali Batak co.”. Ketiga album elektronik instrumental ini digarap dengan gaya house, techno, ambient, gamelan Bali dan instrumen tradisional nusantara.

Bali Batak co. oleh Igor TamerlanYes No Wave Music

Tema yang diangkat lebih banyak mengenai isu lingkungan hidup. Pada masa ini Igor memang banyak terlibat dalam aktivisme lingkungan hidup di Bali. Album-album diproduksi dalam format CD dengan menggunakan perangkat CD RW dan Ia edarkan sendiri.

Album “Bali Batak co.” bahkan diduplikasi satu per satu sesuai keinginan para penyanyi kolaboratornya dan membebaskan mereka untuk menjualnya sendiri.

Igor Tamerlan - Do it Duut

Igor juga pernah mendapatkan hibah oleh seorang investor yang Ia gunakan untuk membuat sebuah instrumen elektronik bernama Teknogong. Instrumen synthesizer ini bentuknya menyerupai kolintang namun berbahan besi. Ada dua prototype yang dibuat namun sayangnya alat ini tidak berlanjut dan hingga sekarang keberadaannya tidak diketahui.

Igor Tamerlan - Trance Bali Express

Pada dekade berikutnya Igor pindah ke Bandung lalu menetap di Yogyakarta. Ia lebih banyak menciptakan karya-karya animasi 3 Dimensi. Ia juga menulis sebuah blog yang dinamai “IT3D (Igor Tamerlan 3 Dimensions”, di mana tiga dimensi itu adalah tiga bahasa yang Ia miliki, yaitu Bahasa Indonesia, Perancis dan Inggris. Ia menulis tentang kritiknya akan budaya kosmopolitanisme, konsumerisme, politik, mental kebangsaan hingga isu lingkungan hidup.

Pemikiran kritis ini Ia tuangkan dalam karya-karya musik video 3D yang diciptakannya. Karya pertamanya “Wayang Orang Hutan” bisa dilihat sebagai grand design dari seluruh karya-karya berikutnya termasuk lagu versi baru “Bali Vanili” yang berjudul “Bali Vanilli 21”.

Igor menghembuskan nafas terakhir dalam kesendiriannya di Yogyakarta pada tanggal 18 Februari 2018. Sebagai penghormatan atas kesenimanannya yang progresif, dua karya video ciptaannya dipamerkan di Indonesia Netaudio Festival di Yogyakarta pada bulan Agustus 2018.

Kredit: Semua media
Cerita yang ditampilkan mungkin dalam beberapa kasus telah dibuat oleh pihak ketiga yang independen dan mungkin tidak selalu mewakili pandangan lembaga penyedia konten, yang tercantum di bawah ini.
Jelajahi lainnya
Tema terkait
Music, Makers & Machines
A brief history of electronic music
Lihat tema
Beranda
Discover
Mainkan
Di sekitar
Favorit