Batik Keraton

Selembar kain yang berkembang di lingkungan keraton, penuh simbol dan makna.

Kain Panjang 854 (1950) oleh unknownMuseum Batik Indonesia

Batik Keraton

Batik Keraton atau Pedalaman adalah adalah batik yang berkembang di lingkungan keraton, khususnya Yogyakarta dan Surakarta.  Pada awalnya di masa Kolonial Belanda, wilayah ini disebut Vorstenlanden yang berarti wilayah kerajaan pecahan dinasti Mataram Islam.

Kain Panjang 818 (1950) oleh unknownMuseum Batik Indonesia

Batik Keraton mulai berkembang pada masa Kerajaan Mataram Islam sekitar abad ke-16. Batik Keraton berkaitan erat dengan tradisi, adat, dan kepercayaan dalam keraton. Selain itu, Batik Keraton sarat akan simbol dan makna.

Kain Panjang 561 (1950) oleh unknownMuseum Batik Indonesia

Batik Keraton umumnya bermotif geometris dan didominasi warna sogan, indigo, dan putih.

Ajining Diri Soko Lathi (2019) oleh Dok. Museum Batik IndonesiaMuseum Batik Indonesia

"Ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana"

Masyarakat Jawa percaya pada pitutur luhur "ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana" yang berarti harga diri seseorang dilihat dari ucapannya dan harga diri badan dilihat dari pakaiannya. Pakaian merupakan hal yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa.

Studioportret van een zittende jonge Javaanse man en vrouw dragend een batik sarong (ca. 1870 - ca. 1912) oleh Céphas, KassianRijksmuseum

Batik sebagai busana

Kain batik selalu hadir sebagai busana dalam berbagai kesempatan baik busana Keprabon, busana upacara, maupun busana harian di lingkungan keraton.

Javanese Court Officials (ca. 1820 - ca. 1870) oleh anoniemRijksmuseum

Membatik sebagai kesenian keraton

"Seni batik adalah salah satu dari beberapa 'seni keraton' yang merupakan kepanjangan sebuah filsafat yang dilandasi disiplin spiritual." 


"Ego harus dikurangi untuk mencapai keselarasan sempurna dengan teknik atau desain batik."


Iwan Tirta dalam buku "Batik: sebuah Lakon".

Tex 17 Proc: Printing Block, Batik.LIFE Photo Collection

Wilayah Vorstenlanden kini dikenal dengan nama Yogyakarta dan Surakarta. Kedua wilayah tersebut memiliki ciri khas masing-masing.  

A Gamelan Orchestra for a Shadow Puppet Performance (1890 - 1900) oleh Céphas, KassianRijksmuseum

Batik Yogyakarta

Batik Yogyakarta dapat dikenali dari ciri-ciri:
1. Memiliki motif geometris berukuran besar
2. Memiliki latar kain berwarna putih terang
3.  Umumnya menggunakan motif ukel, kawung, dan nitik.

(Djoemena,1986, 21-22) 

Batik Tulis Kawung Mangkoro (2000/2000)Museum Batik Indonesia

Motif Kawung Mangkoro

Motif khas Yogyakarta ini menggambarkan buah pohon aren (kolang-kaling) dan mahkota Mangkoro.

Motif Kawung Mangkoro

Motif Kawung bermakna kesempuranaan, kemurnian, dan kesucian. Mangkoro melambangkan harapan agar tidak ada halangan dan rintangan dalam segala sesuatu.

Vrouw aan het batikken (1860 - 1890) oleh Woodbury & PageRijksmuseum

Batik Surakarta

Batik Surakarta dapat dikenali dari ciri-ciri:
 1. Memiliki kombinasi motif geometris dan non-geometris dengan ukuran yang lebih kecil
2. Memiliki latar berwarna kecokelatan (sogan)
3. Umumnya menggunakan motif sawutan halus dan ragam parang.

(Djoemena,1986:21-22).

Batik Tulis Truntum Sari (2019/2019)Museum Batik Indonesia

Motif Truntum Sari

Motif khas Surakarta ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana, Permaisuri Pakubuwono III,   menggambarkan bintang-bintang yang berkilau di malam hari.  

Motif Truntum Sari

Motif Truntum Sari merupakan tanda cinta kasih Permaisuri Pakubuwono III  kepada Sang Raja.

Dutch East Indies Java Sultan's CourtLIFE Photo Collection

Motif Larangan

Motif keraton sering disebut motif larangan, merujuk  pada motif batik tertentu yang hanya boleh dipakai oleh lingkungan istana seperti motif Parang, Semen, Rujak Senthe, Kawung, dan Huk.

Gambar tidak ada

Batik Keraton

Batik Keraton atau Pedalaman adalah adalah batik yang berkembang di lingkungan keraton seperti Yogyakarta, dan Surakarta. 

Batik Keraton dikenal sebagai motif Larangan, yaitu motif yang hanya boleh dikenakan oleh keluarga Keraton.

Kredit: Cerita

.Tirta, Iwan. 2009. Iwan Tirta: Batik: sebuah Lakon. Jakarta: Gaya Favorit Press.  

Kredit: Semua media
Cerita yang ditampilkan mungkin dalam beberapa kasus telah dibuat oleh pihak ketiga yang independen dan mungkin tidak selalu mewakili pandangan lembaga penyedia konten, yang tercantum di bawah ini.

Tertarik dengan Kerajinan?

Dapatkan info terbaru dengan Culture Weekly yang dipersonalisasi

Anda sudah berlangganan.

Culture Weekly pertama Anda akan tersedia minggu ini.

Beranda
Discover
Mainkan
Di sekitar
Favorit