Kain Panjang 854 (1950) oleh unknownMuseum Batik Indonesia
Batik Keraton
Batik Keraton atau Pedalaman adalah adalah batik yang berkembang di lingkungan keraton, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Pada awalnya di masa Kolonial Belanda, wilayah ini disebut Vorstenlanden yang berarti wilayah kerajaan pecahan dinasti Mataram Islam.
Kain Panjang 818 (1950) oleh unknownMuseum Batik Indonesia
Batik Keraton mulai berkembang pada masa Kerajaan Mataram Islam sekitar abad ke-16. Batik Keraton berkaitan erat dengan tradisi, adat, dan kepercayaan dalam keraton. Selain itu, Batik Keraton sarat akan simbol dan makna.
Kain Panjang 561 (1950) oleh unknownMuseum Batik Indonesia
Batik Keraton umumnya bermotif geometris dan didominasi warna sogan, indigo, dan putih.
"Ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana"
Masyarakat Jawa percaya pada pitutur luhur "ajining dhiri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana" yang berarti harga diri seseorang dilihat dari ucapannya dan harga diri badan dilihat dari pakaiannya. Pakaian merupakan hal yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa.
Batik sebagai busana
Kain batik selalu hadir sebagai busana dalam berbagai kesempatan baik busana Keprabon, busana upacara, maupun busana harian di lingkungan keraton.
Membatik sebagai kesenian keraton
"Seni batik adalah salah satu dari beberapa 'seni keraton' yang merupakan kepanjangan sebuah filsafat yang dilandasi disiplin spiritual."
"Ego harus dikurangi untuk mencapai keselarasan sempurna dengan teknik atau desain batik."
Iwan Tirta dalam buku "Batik: sebuah Lakon".
Wilayah Vorstenlanden kini dikenal dengan nama Yogyakarta dan Surakarta. Kedua wilayah tersebut memiliki ciri khas masing-masing.
Batik Tulis Kawung Mangkoro (2000/2000)Museum Batik Indonesia
Motif Kawung Mangkoro
Motif khas Yogyakarta ini menggambarkan buah pohon aren (kolang-kaling) dan mahkota Mangkoro.
Motif Kawung Mangkoro
Motif Kawung bermakna kesempuranaan, kemurnian, dan kesucian. Mangkoro melambangkan harapan agar tidak ada halangan dan rintangan dalam segala sesuatu.
Batik Surakarta
Batik Surakarta dapat dikenali dari ciri-ciri:
1. Memiliki kombinasi motif geometris dan non-geometris dengan ukuran yang lebih kecil
2. Memiliki latar berwarna kecokelatan (sogan)
3. Umumnya menggunakan motif sawutan halus dan ragam parang.
(Djoemena,1986:21-22).
Batik Tulis Truntum Sari (2019/2019)Museum Batik Indonesia
Motif Truntum Sari
Motif khas Surakarta ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana, Permaisuri Pakubuwono III, menggambarkan bintang-bintang yang berkilau di malam hari.
Motif Truntum Sari
Motif Truntum Sari merupakan tanda cinta kasih Permaisuri Pakubuwono III kepada Sang Raja.
Motif Larangan
Motif keraton sering disebut motif larangan, merujuk pada motif batik tertentu yang hanya boleh dipakai oleh lingkungan istana seperti motif Parang, Semen, Rujak Senthe, Kawung, dan Huk.
Batik Keraton
Batik Keraton atau Pedalaman adalah adalah batik yang berkembang di lingkungan keraton seperti Yogyakarta, dan Surakarta.
Batik Keraton dikenal sebagai motif Larangan, yaitu motif yang hanya boleh dikenakan oleh keluarga Keraton.
.Tirta, Iwan. 2009. Iwan Tirta: Batik: sebuah Lakon. Jakarta: Gaya Favorit Press.
Tertarik dengan Kerajinan?
Dapatkan info terbaru dengan Culture Weekly yang dipersonalisasi
Anda sudah berlangganan.
Culture Weekly pertama Anda akan tersedia minggu ini.