Membangun Monas

Monumen Nasional (lebih dikenal sebagai Monas) adalah salah satu tujuan wisata paling terkenal di Jakarta. Menara setinggi 132 meter yang di puncaknya dihias dengan api perunggu seberat 14,5 ton berlapis emas ini terletak di tengah Medan Merdeka. Dibangun untuk memperingati perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, Monas adalah tempat yang menarik untuk mempelajari sejarah Indonesia. Pembangunannya pun tak kalah menarik, mengarungi rentang waktu dua presiden dan satu kudeta.

Penggalian tanah di sisi timur laut, Soedarsono dan F Silaban, 1961/1961, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Sesudah ibu kota Indonesia kembali ke Jakarta di tahun 1950 dari Yogyakarta sesudah Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia, Presiden Sukarno mulai merencanakan pembangunan sebuah monumen nasional di alun-alun yang terletak di depan Istana Merdeka, yang bisa dijajarkan dengan Menara Eiffel.

Pembuatan bangunan kantor dan gudang kerja di sisi barat daya, Soedarsono dan F Silaban, 1961/1961, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Pada 17 Agustus 1954, Komite Monumen Nasional dibentuk dan pada tahun 1955 kompetisi desain diluncurkan.

Poer-poer pondasi tiang museum, PN. Adhi Karya, 1962/1962, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Pemenangnya arsitek Frederich Silaban. Sesudah mempresentasikan desainnya ke Sukarno, presiden menginginkan desain yang berbeda dan mengungkapkan keinginannya membangun monumen berbentuk linga (simbol energi generatif Hindu) dan yoni (simbol energi prokreasi Hindu).

Pembetonan plafon gantung ruang museum, PN. Adhi Karya, 1963/1963, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Silaban merevisi desainnya, tapi hasilnya adalah rancangan untuk monumen yang begitu besarnya hingga akan memakan dana terlalu besar untuk kondisi keuangan negara yang saat itu tidak kondusif. Silaban tidak bersedia mendesain monumen yang lebih kecil, bahkan menyarankan agar pembangunan ditunda saja sampai ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsikte RM Soedarsono untuk melanjutkan desain Silaban. Soedarsono memasukkan unsur 17, 8, dan 45 (lambang proklamasi) ke ukuran monumen.

Kunjungan Presiden RI Pertama, Soekarno, 1963/1963, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Pembangunan Monas dimulai tahun 1961 dengan Sukarno meletakkan pasak beton pertama.

Pemasangan scafolding, PN. Adhi Karya, 1964/1964, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak
Pemasangan marmer, Filli Mateo - Calvino, 1964/1964, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak
Membangun pelataran puncak, 1965/1965, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Menara dipasangi pelataran tempat akan dipasangnya Api Kemerdekaan.

Pembuatan lidah api, 1965/1965, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Api Kemerdekaan dibuat dari 14,5 ton perunggu yang dilapisi 50 kg emas murni.

Pemasangan lidah api, 1965/1965, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Sebuah lift dipasang di rongga bangunan ini.

Pemandangan Kota Jakarta dari Pelataran Puncak area Barat Laut Monumen Masional, 1965/1965, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Ketuk untuk menjelajahi

Pemasangan Patung Diponegora dari Itali (1965/1965) oleh PN. Adhi KaryaMonumen Nasional

Monas dikelilingi 80 hektar area hijau, terbesar di Asia Tenggara, taman kota yang selain populer dengan warga dan turis, juga berfungsi sebagai paru-paru kota. Berbagai patung pahlawan nasional tersebar di sepanjang taman.

Penyelesaian konsep diorama, Indonesia Fine Art Academy in Yogyakarta, 1970/1972, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Pembangunan dimulai lagi sesudah sempat tertunda oleh peristiwa G30S. Di tahap akhir ini, berbagai kekurangan diperbaiki, dan diorama sejarah Indonesia ditambahkan ke Museum Sejarah Nasional di lantai dasar.

Penyelesaian konsep diorama, Indonesia Fine Art Academy in Yogyakarta, 1970/1970, Dari koleksi: Monumen Nasional
Tampilkan lebih sedikitBaca lebih banyak

Pemimpin proyek diorama ini adalah pematung dan dosen Yogya, Edhi Sunarso. Sesudah diorama rampung, Monas diresmikan oleh Presiden Suharto.

Kredit: Semua media
Cerita yang ditampilkan mungkin dalam beberapa kasus telah dibuat oleh pihak ketiga yang independen dan mungkin tidak selalu mewakili pandangan lembaga penyedia konten, yang tercantum di bawah ini.
Jelajahi lainnya
Tema terkait
Keajaiban Indonesia
Jelajahi seni, kultur, dan sejarah dari Indonesia.
Lihat tema
Beranda
Discover
Mainkan
Di sekitar
Favorit