Monumen Nasional (lebih dikenal sebagai Monas) adalah salah satu tujuan wisata paling terkenal di Jakarta. Menara setinggi 132 meter yang di puncaknya dihias dengan api perunggu seberat 14,5 ton berlapis emas ini terletak di tengah Medan Merdeka. Dibangun untuk memperingati perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, Monas adalah tempat yang menarik untuk mempelajari sejarah Indonesia. Pembangunannya pun tak kalah menarik, mengarungi rentang waktu dua presiden dan satu kudeta.
Sesudah ibu kota Indonesia kembali ke Jakarta di tahun 1950 dari Yogyakarta sesudah Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia, Presiden Sukarno mulai merencanakan pembangunan sebuah monumen nasional di alun-alun yang terletak di depan Istana Merdeka, yang bisa dijajarkan dengan Menara Eiffel.
Pada 17 Agustus 1954, Komite Monumen Nasional dibentuk dan pada tahun 1955 kompetisi desain diluncurkan.
Pemenangnya arsitek Frederich Silaban. Sesudah mempresentasikan desainnya ke Sukarno, presiden menginginkan desain yang berbeda dan mengungkapkan keinginannya membangun monumen berbentuk linga (simbol energi generatif Hindu) dan yoni (simbol energi prokreasi Hindu).
Silaban merevisi desainnya, tapi hasilnya adalah rancangan untuk monumen yang begitu besarnya hingga akan memakan dana terlalu besar untuk kondisi keuangan negara yang saat itu tidak kondusif. Silaban tidak bersedia mendesain monumen yang lebih kecil, bahkan menyarankan agar pembangunan ditunda saja sampai ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsikte RM Soedarsono untuk melanjutkan desain Silaban. Soedarsono memasukkan unsur 17, 8, dan 45 (lambang proklamasi) ke ukuran monumen.
Pembangunan Monas dimulai tahun 1961 dengan Sukarno meletakkan pasak beton pertama.
Menara dipasangi pelataran tempat akan dipasangnya Api Kemerdekaan.
Api Kemerdekaan dibuat dari 14,5 ton perunggu yang dilapisi 50 kg emas murni.
Sebuah lift dipasang di rongga bangunan ini.
Ketuk untuk menjelajahi
Monas dikelilingi 80 hektar area hijau, terbesar di Asia Tenggara, taman kota yang selain populer dengan warga dan turis, juga berfungsi sebagai paru-paru kota. Berbagai patung pahlawan nasional tersebar di sepanjang taman.
Pembangunan dimulai lagi sesudah sempat tertunda oleh peristiwa G30S. Di tahap akhir ini, berbagai kekurangan diperbaiki, dan diorama sejarah Indonesia ditambahkan ke Museum Sejarah Nasional di lantai dasar.
Pemimpin proyek diorama ini adalah pematung dan dosen Yogya, Edhi Sunarso. Sesudah diorama rampung, Monas diresmikan oleh Presiden Suharto.