Tak seperti batik kraton yang mewah namun banyak aturan, batik pesisir sifatnya komersil, lebih gaya, dan dipakai sehari-hari oleh rakyat dari segala kalangan, segala usia. Variasinya lebih banyak dari segi warna maupun motif, hasil pengaruh asing yang dibawa para pedagang asing zaman dulu.
Tok Wie/Altar 74 (1910) oleh UnknownMuseum Batik Indonesia
Salah satu ciri batik pesisir adalah pilihan warna dan motifnya yang tidak kaku, hasil pengaruh asing - terutama sejak kehadiran Islam di abad 16.
Kain Panjang 362 (2000) oleh UnknownMuseum Batik Indonesia
Batik Pesisir tradisional banyak menggunakan merah dan biru dibanding coklat yang lebih disukai pembatik Yogya dan Solo.
Kain Panjang 376 (2000) oleh UnknownMuseum Batik Indonesia
Kain Panjang-100 (1940) oleh UnknownMuseum Batik Indonesia
Salah satu motifnya adalah motif floral yang tidak naturalis, karena larangan Islam menggambar dengan gaya naturalis.
Kain Panjang 140 (1930) oleh unknownGaleri Batik YBI
Tak seperti batik kraton yang hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan Yogya dan Solo dengan standar ketat dalam penggunaan dan pangkat, batik pesisir sifatnya komersil.
Kain Panjang 363 (2000) oleh UnknownMuseum Batik Indonesia
Batik pesisir mulai berkembang sekitar abad 19, ketika India, produsen utama kain di Jawa saat itu, mengurangi produksi mereka sehingga konsumen beralih ke batik.
Kain Sarung 410 (2000) oleh UnknownMuseum Batik Indonesia
Jenis batik ini makin berkembang ketika para pedagang asing lainnya ikut terlibat dalam industri batik, seperti pedagang dari Cina dan Belanda.
Kain Panjang 429 (1950) oleh Kwe HuhuiGaleri Batik YBI
Kain Panjang-207 (1940) oleh UnknownMuseum Batik Indonesia
Kain Panjang 485 (2005) oleh UnknownGaleri Batik YBI