Menurut legenda, dua belas binatang shio dipilih melalui lomba balap. Tujuan lomba ini adalah membuat ukuran waktu bagi manusia.
Hanya boleh ada dua belas pemenang dan untuk menang, para binatang harus menyeberangi sungai berarus deras dan mencapai garis finis di tepian.
Awalnya, ada seekor kucing dan seekor tikus yang awalnya berteman. Mereka perenang paling payah di dunia binatang, tapi keduanya sama-sama cerdik.
Mereka sadar bahwa cara tercepat menyeberangi sungai adalah dengan menaiki kerbau. Si kerbau yang baik hati pun setuju untuk mengangkut mereka.
Namun, karena ingin sekali menang, si tikus mendorong si kucing ke dalam air. Sejak kejadian itu, mereka saling membenci. Kucing tidak mau memaafkannya dan dia tidak ikut berlomba.
Menurut variasi lain dari kisah ini, yang terjadi adalah sebaliknya.
Tiba-tiba, terdengar suara lompatan yang keras: kelinci datang.
Dia lompat dari batu ke batu, tapi akhirnya terpeleset. Untungnya, ada batang pohon yang terapung. Dia pun memeluk batang itu, mengapung sampai garis finis dan menjadi juara keempat.
Naga meraih posisi kelima, tapi semua mengira dialah yang akan jadi juara karena bisa terbang.
Dia menjelaskan kepada Kaisar Giok bahwa dirinya harus berhenti beberapa kali untuk membantu penduduk desa. Lalu saat menuju garis finis, dia melihat seekor kelinci yang mengapung dengan batang pohon. Dia meniupnya untuk membantu si kelinci sampai ke tepian.
Setelah naga, kuda datang berlari melalui garis finis.
Si ular licik bersembunyi di balik kaki kuda. Dia tiba-tiba muncul dan membuat kuda kaget. Ular memanfaatkan momen ini dan meraih posisi keenam, sementara kuda di posisi ketujuh.
Tidak lama kemudian, monyet, ayam, dan kambing tiba.
Tidak seperti binatang-binatang sebelumnya, monyet, ayam, dan kambing saling membantu untuk sampai garis finis.
Ayam menemukan sebuah rakit, yang lalu ditumpangi monyet dan kambing.
Bekerja keras bersama untuk melalui arus sungai dan rerumputan, mereka berhasil mencapai tepian. Kambing di posisi kedelapan, monyen kesembilan, dan ayam kesepuluh.
Tepat saat Sang Kaisar akan mengakhiri lomba, terdengar suara “grok”: si babi. Konon inilah kenapa babi dianggap pemalas.
Babi lapar di tengah lomba, jadi dia berhenti untuk makan lalu malah tertidur. Setelah bangun, dia baru melanjutkan lomba dan menjadi binatang terakhir.
Urutan siklus kalender China mengikuti hasil lomba ini, dengan tikus sebagai binatang pertama dan babi yang terakhir. Setelah babi, kalender dimulai ulang. Kalender China telah menjadi kalender penting di Asia. Banyak tempat lain di dunia juga sekarang sudah tidak asing dengan kalender ini.
Unknown maker